Flag Counter

Breaking News

Sports

Technology

Life & Style

Business

Rabu, 29 Mei 2013

Penetapan Kadar Lemak

#KLIK DISINI UNTUK DOWNLOAD FULL VERSION (M. WORD)

BAB I
PENDAHULUAN
I.1        Latar Belakang
Dalam proses perkuliahan Ilmu Kimia Organik tidak luput dari proses pengaplikasian hasil teori dari permata kuliahan lewat praktikum Kimia Organik. Pembelajaran Praktikum Ilmu dasar Kimia Organik bertujuan agar mahasiswa dapat mengerti bagaimana cara pengaplikasian dari hasil perkuliahan dari mata kuliah Kimia Organik . Dalam ilmu Kimia Organik dibagi menjadi dua yaitu kuantitatif dan kualitatif. Dalam materi makalah ini dijelaskan tentang penetapan nilai kadar suatu lemak yang termasuk penjelasan dari cabang kuantitatif. Bagaimana cara pengidentifikasi kadar  lemak .
Lemak secara khusus menjadi sebutan bagi minyak hewani pada suhu ruang, lepas dari wujudnya yang padat maupun cair, yang terdapat pada jaringan tubuh yang disebut adiposa. Pada jaringan adiposa, sel lemak mengeluarkan hormon leptin dan resistin yang berperan dalam sistem kekebalan, hormon sitokina yang berperan dalam komunikasi antar sel. Hormon sitokina yang dihasilkan oleh jaringan adiposa secara khusus disebut hormon adipokina, antara lain kemerin, interleukin-6, plasminogen activator inhibitor-1, retinol binding protein 4 (RBP4), tumor necrosis factor-alpha (TNFα), visfatin, dan hormon metabolik seperti adiponektin dan hormon adipokinetik (Akh).

I.2        Tujuan Praktikum
  1. Untuk menentukan kadar lemak dari suatu bahan.
  2. Untuk mengetahui berapa persen kadar minyak yang diperoleh. 
  3. Untuk mempelajari reaksi kimia dari lemak serta penggunaannya untuk identifikasi senyawa.
  4. Mengetahui nilai kadar lemak dari suatu zat.
  5. Menganalisis kadar lemak 


I.3        Manfaat Praktikum
  1. Mengetahui sifat bahan yang digunakan untuk kereaktifannya.
  2. Mengetahui bahan-bahan apa saja yang terkandung dalam suatu larutan.
  3. Bisa mengaplikasikan proses perhitungan dalam kebutuhan larutan yang dipakai.
  4. Mengetahui kadar lemak secara rinci yang terkandung dalam suatu bahan .


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1       Secara umum
            Lemak minyak banyak dijumpai pada tanaman atau hewan. Bahan organik ini bersifat tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik atau solvent seperti: petroleum ether, dietyl ether, normal hexana, chloroform, carbon tetra clorida dsb.
Ditinjau dari struktur kimianya, semua gugus OH dari gliserol sudah diesterkan sehingga lemak atau minyak disebut sebagai Trigliserida .
            Trigliserida ini terbagi dua :
1.      Homo Trigliserida
Disebut demikian karena hanya memiliki satu macam asam lemak yang bergabung dengan gliserol .
2.      Hetero Trigliserida
Disebut demikian karena terdapat 2 atau 3 asam lemak yang berbeda bergabung dengan gliserol.
Istilah fat (lemak) biasanya digunakan untuk trigliserida yang berbentuk padat atau lebih tepatnya semi padat pada suhu kamar sedang istilah minyak (oil) digunakan untuk trigliserida yang pada suhu kamar berbentuk cair.
Ada berbagai cara untuk mengambil minyak atau lemak dari biji-bijian atau jaringan hewan .Cara tersebut antara lain :
1.      Cara Pressing (Penekanan)
2.      Cara Solvent Extraction
Sudah tentu penggunaan salah satu metode tersebut berdasarkan efisiensinya. Disamping itu lemak atau minyak dapat diperoleh secara sintetis yaitu dengan mereaksikan asam lemak dengan gliserol .
(Buku petunjuk praktikum Kimia Organik).
                                         
Lemak  merujuk pada sekelompok besar molekul-molekul alam yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen meliputi asam lemak, malam, sterol, vitamin-vitamin yang larut di dalam lemak (contohnya A, D, E, dan K), monogliserida, digliserida, fosfolipid, glikolipid, terpenoid (termasuk di dalamnya getah dan steroid) dan lain-lain.
            Lemak secara khusus menjadi sebutan bagi minyak hewani pada suhu ruang, lepas dari wujudnya yang padat maupun cair, yang terdapat pada jaringan tubuh yang disebut adiposa. Pada jaringan adiposa, sel lemak mengeluarkan hormon leptin dan resistin yang berperan dalam sistem kekebalan, hormon sitokina yang berperan dalam komunikasi antar sel. Hormon sitokina yang dihasilkan oleh jaringan adiposa secara khusus disebut hormon adipokina,
                                                            
Sifat dan Ciri ciri
Karena struktur molekulnya yang kaya akan rantai unsur karbon (-CH2-CH2-CH2) maka lemak mempunyai sifat hydrophob. Ini menjadi alasan yang menjelaskan sulitnya lemak untuk larut di dalam air. Lemak dapat larut hanya di larutan yang apolar atau organik seperti: eter, Chloroform, atau benzol.

Fungsi
Secara umum dapat dikatakan bahwa lemak memenuhi fungsi dasar bagi manusia, yaitu:
1.    Menjadi cadangan energi dalam bentuk sel lemak. 1 gram lemak menghasilkan 39.06 kjoule atau 9,3 kcal.
2.    Lemak mempunyai fungsi selular dan komponen struktural pada membran sel yang berkaitan dengan karbohidrat dan protein demi menjalankan aliran air, ion dan molekul lain, keluar dan masuk ke dalam sel.
3.    Menopang fungsi senyawa organik sebagai penghantar sinyal, seperti pada prostaglandin dan steroid hormon dan kelenjar empedu.
4.    Menjadi suspensi bagi vitamin A, D, E dan K yang berguna untuk proses biologis
5.    Berfungsi sebagai penahan goncangan demi melindungi organ vital dan melindungi tubuh dari suhu luar yang kurang bersahabat.
Lemak juga merupakan sarana sirkulasi energi di dalam tubuh dan komponen utama yang membentuk membran semua jenis sel.

  1. Lemak tidak jenuh tunggal. Bisa diperoleh dari olive oil, minyak kacang, canola oil, alpukat, kacang-kacangan dan biji-bijian.
  2. Lemak tidak jenuh ganda. Bisa diperoleh dari minyak sayur, kedelai, kacang-kacangan dan biji-bijian.
  3. Asam lemak omega-3. Bisa diperoleh dari ikan seperti salmon dan mackerel, biji rami, minyak rami dan kenari.
  4. Lemak berbahaya. Lemak jenuh dan lemak trans merupakan jenis lemak yang kurang sehat. Lemak ini bisa meningkatkan risiko penyakit jantung dengan cara meningkatkan kadar kolesterol total dan kolesterol jahat LDL. Kolesterol yang kita peroleh dari makanan pada dasarnya tidak sama dengan lemak, tapi kolesterol ini ditemukan pada makanan hewani. Asupan kolesterol dari diet ini akan meningkatkan kadar kolesterol. Tapi, peningkatan ini tidak terlalu berpengaruh dibandingkan dengan lemak jenuh dan lemak trans.
  5. Lemak jenuh. Terdapat pada produk-produk hewan (seperti daging, unggas, makanan laut, telur, produk-produk susu, serta mentega) dan minyak kelapa.
  6. Lemak trans. Terdapat pada minyak sayur yang dihidrogenasi, produk-produk bakaran (seperti crackers dan kue), serta makanan yang digoreng.
  7. Kolesterol dari makanan. Terdapat pada produk-produk hewan (seperti daging, unggas, makanan laut, telur, produk-produk susu, serta mentega).
  8. Batasan asupan lemak harian. Berdasarkan rekomendasi dari U.S. Department of Agriculture (USDA) dan the Department of Health and Human Services (HHS), seperti yang dikutip situs mayo clinic, asupan lemak tidak boleh melebihi 35% dari total kalori harian Anda. Artinya, jika Anda mengikuti diet 1800 kalori dalam sehari, asupan lemak Anda tidak boleh lebih dari 70 gram/hari.(Caranya: kalikan 1.800 dengan 0.35 untuk mendapatkan 630 kalori, dan dibagi dengan 9, jumlah kalori per gram lemak, untuk mendapatkan 70 gram total lemak). Anda juga harus ingat, ini merupakan batasan maksimum. Selain itu, sebagian besar dari lemak ini sebaiknya berasal dari sumber lemak tidak jenuh tunggal dan ganda. Menurut USDA dan HHS, batas lemak jenuh sebaiknya kurang dari 10% dari total kalori harian dan kolesterol kurang dari 300 miligram sehari.
  9. Tips memilih lemak terbaik. Batasi asupan lemak dalam diet Anda tapi jangan coba untuk menghilangkan lemak sepenuhnya. Fokuslah dalam mengurangi makanan yang kaya lemak jenuh, lemak trans dan kolesterol. Sebaliknya pilihlah lebih banyak makanan yang mengandung lemak-lemak tidak jenuh. Anda bisa mempertimbangkan cara berikut saat memilih:
Ÿ  Lebih baik mengganti mentega dengan olive oil
Ÿ  Gunakan olive oil saat membuat salad tapi ada baiknya menggunakan canola oil saat memanggang. Lebih baik memilih segenggam penuh kacang sebagai snack daripada kripik kentang atau crackers hasil olahan lainnya. Lebih baik menambahkan alpukat ke dalam sandwich Anda dibandingkan keju. Lebih baik mengonsumsi ikan seperti salmon dan mackerel yang kaya lemak tidak jenuh tunggal dan omega-3, dibandingkan daging.
(Anonim. 2010 )

II.2      Sifat-sifat bahan
  1. Dietil Eter
  • Rumus molekul C4H10O, C2H5OC2H5
  • Massa molar    74.12 g/mol
  • Penampilan      jernih, cairan tak berwarna
  • Densitas          0.7134 g/cm³, cair
  • Titik lebur        −116.3 °C (156.85 K)
  • Titik didih       34.6 °C (307.75 K)
  • Kelarutan dalam air     6.9 g/100 ml (20 °C)
  • Viskositas        0.224 cP at 25 ° C

  1. Petroleum ether
  • Penampilan      Jelas, cairan tak berwarna.
  • Bau Bensin atau minyak tanah.
  • Kelarutan Larut dalam air.
  • Berat Jenis ,60-0,75 %
  • Volalitas oleh volume @ 21C (70F)
  • Densitas (Air = 1)       2,5  g/cm3
  • Tekanan uap (mmHg) 40 @ 20 derajat Celcius (68F)
(Anonim. 2010)

  1. Heksana
  • Rumus kimia   C6H14
  • Massa molar    86.18 g mol−1
  • Penampilan      Cairan tidak berwarna
  • Densitas          0.6548 g/mL   
  • Kelarutan dalam air     13 mg/L at 20°C[1]
  • Viskositas        0.294 cP
(Riepel, Norman . 2009)

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

III.1 Bahan yang digunakan
v  Bahan yang mengandung lemak ( biji-bijian )
v  Petroleum ether
v  Hexana
v  Dietil eter
III.2 Alat yang digunakan
1.      Alat distilasi
a)      Erlenmeyer
b)      Kondensor tegak
c)      Bunsen
d)     Termometer
e)      Labu leher tiga
f)       Kaki tiga
g)      Statif
h)      Adapter
  1. Neraca analitis
  2. Pipet tetes
  3. Gelas ukur
  4. Sepatula
6.       Soxhlet
7.       Oven
8.       Cawan porselen
9.      Kertas saring
III.3 Gambar dan susunan alat

Alat distilasi                                           Sepatula                                  Gelas ukur
                    
   Cawan porselen                                Neraca analitis                         Pipet tetes
                       
Soxhlet                                                            Oven               Kertas saring

III.4 Prosedur praktikum
1.      Sampel yang sudah dihaluskan, ditimbang 2 (x) gram.
2.    Sampel kemudian dibungkus atau ditempatkan dalam thimble (selongsong tempat sampel). Pelarut yang digunakan adalah hexane dengan titik didih 60 – 80 o C. Hexana digunakan karena lemak larut dalam pelarut organik.
3.      Thimble (selongsong) yang sudah terisi sampel dimasukkan ke dalam soxhet
4.      Soxhlet disambungkkan dengan labu dan ditempatkan pada alat pemanas listrik serta kondensor. Alat pendingin disambungkan dengan soxhlet. Air untuk pendingin dijalankan dan alat ekstrasi lemak mulai dipanaskan. Ketika pelarut didihkan, uapnya naik melewati soxhlet menuju ke pipa pendingin. Air dingin yang dialirkan melewati bagian luar condensor mengembunkan uap pelarut sehingga kembali ke fase cair, kemudian menetes ke thimble. Prinsip ini merupakan prinsip kondensasi. Pelarut melarutkan lemak dalam thimble, larutan sari ini terkumpul dalam thimble dan bila volumenya telah mencukupi sari akan dialirkan lewat sifon menuju labu. Proses dari pengembunan hingga pengaliran disebut sebagai refluks. Proses ekstraksi lemak kasar dilakukan selama 2 jam
5.      Petroleum ether yang telah mengandung ekstrak lemak dan minyak dipindahkan ke dalam botol timbang yang bersih dan diketahui beratnya kemudian uapkan dengan pemanas air sampai agak pekat. Teruskan pengeringan dalam oven 100 o C sampai berat konstan.
6.      Setelah kering, dingkankan dan timbang. Berat residu dalam botol timbang dinyatakan sebagai berat lemak dan minya.

DAFTAR PUSTAKA

·         Feseenden dan fessenden.1997.Dasar-Dasar Kimia Organik.Jakarta: Bina Rupa Aksara).
 (Senin, 27 Mei 2013 07.40 WIB).                         
Read more ...

Rabu, 22 Mei 2013

Penetapan Kadar Alkohol

#KLIK DISINI UNTUK DOWNLOAD FULL VERSION (M. WORD)

BAB I
PENDAHULUAN
I.1        Latar Belakang
            Banyak senyawa kimia yang terdapat di alam ini. Senyawa kimiapun banyak yang diaplikasikan dalam kehidupan. Pada materi kali ini kita akan membahas terkhusus untuk alkohol. Dimana sering kita mendengar tentang zat-zat atau suatu minuman yang beralkohol yang cukup banyak dikonsumsi ataupun tidak dikonsumsi. Pada percobaan ini kita membahas tentang penentuan kadar alkohol dalam suatu zat. Disini juga membahas tentang pengaruh dari kadar alkohol yang ada.
            Dalam ilmu kimia yang dimaksud alkohol adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus hidroksil (-OH) sebagai gugus fungsionalnya. Alkohol adalah istilah yang umum dipakai oleh masyarakat,  sedangkan istilah kimia dari alkohol adalah etil alkohol (etanol) dengan rumus C2H5OH. Alkohol murni adalah alkohol yang hanya mengandung etil alkohol dan sedikit air serta bebas dari bahan-bahan lain yang berbahaya bagi manusia. Alkohol ini biasa digunakan untuk pembuatan minuman keras, pelarut minyak, pelarut obat-obatan serta untuk keperluan industri lainnya.

I. 2       Tujuan Praktikum
1.      Mengetahui cara penggunaan alat destilasi.
2.      Menentukan kadar alkohol.
3.      Menentukan berat jenis dengan menggunakan piknometer.

I.3        Manfaat Praktikum
1.      Agar praktikan dapat mengetahui penggunaan atau cara kerja rangkaian alat destilasi.
2.      Agar praktikan dapat menentukan kadar alkohol.


3.      Agar praktikan memiliki bekal untuk kehidupan kerja di suatu hari kelak

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1    Secara Umum
II.1.1 Alkohol
          Alkohol merupakan senyawa organik yang mempunyai gugus – OH yang terkait pada atom C dari rangkaian alifatis atau siklik. Sebagaian alkohol digunakan sebagai pelarut, mempunyai sifat asam lemah, mudah menguap dan mudah terbakar. Alkohol dengan jumlah
            Alkohol Primer
Pada alkohol primer(1°), atom karbon yang membawa gugus -OH hanya terikat pada satu gugus alkil.
Beberapa contoh alkohol primer antara lain :
CH3 – CH2 – Br     CH3CH2 – CH2 – Cl    CH3CH – CH2 – I
                                                                            ½
                                                                           CH3                                                                                 

.           Alkohol sekunder
Pada alkohol sekunder (2°), atom karbon yang mengikat gugus -OH berikatan langsung dengan dua gugus alkil, kedua gugus alkil ini bisa sama atau berbeda.
Contoh:
CH3 – CH – CH3                        CH3 – CH – CH2CH3
½                                                                                                  ½
Br                                               Cl                            
            Alkohol tersier
Pada alkohol tersier (3°), atom karbon yang mengikat gugus -OH berikatan langsung dengan tiga gugus alkil, yang bisa merupakan kombinasi dari alkil yang sama atau berbeda.

Contoh:
             CH                                CH3
              ½                                         ½
          CH3 ¾   C  ¾ CH3            CH3 ¾  C ¾CH2CH3
                          ½                                         ½
                         Br                                       Cl

alkohol diproduksi dengan beberapa cara:
1.      Dengan fermentasi menggunakan glukosa dari gula dihasilkan dari hidrolisis dari pati , di hadapan ragi dan suhu kurang dari 37 ° C untuk menghasilkan etanol. Misalnya konversi invertase untuk glukosa dan fruktosa atau konversi glukosa untuk Zimase dan etanol .
2.      Dengan langsung hidrasi menggunakan etilen ( hidrasi etilena ) atau alkena lain dari cracking dari fraksi sulingan minyak mentah .
            Etanol yang nama lainnya alkohol, aethanolum, etil alcohol, adalah cairan yang bening, tidak berwarna, mudah mengalir, mudah menguap, mudah terbakar, higroskopik dengan karakteristik bau spiritus dan rasa membakar, mudah terbakar dengan api biru tanpa asap. Campur dengan air, kloroform, eter, gliserol, dan hampir semua pelarut organic lainnya. Penyimpanan pada suhu 8-15°C, jauh dari api dalam wadah kedap udara dan dilindungi dari cahaya. Metode yang dapat digunakan untuk menetapkan kadar etanol antara lain metode berat jenis yang merupakan metode konvensional dan kromatografi gas yang merupakan metode instrumental. Masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, dilakukan perbandingan validitas kedua metode, apakah validitas kedua metode berbeda bermakna atau tidak.
            Kromatografi gas adalah teknik kromatografi yang bisa digunakan untuk memisahkan senyawa organik yang mudah menguap. Senyawa-senyawa yang dapat ditetapkan dengan kromatografi gas sangat banyak, namun ada batasan-batasannya. Senyawa-senyawa tersebut harus mudah menguap dan stabil pada temperatur pengujian, utamanya dari 50 – 300°C. Jika senyawa tidak mudah menguap atau tidak stabil pada temperatur pengujian, maka senyawa tersebut bisa diderivatisasi agar dapat dianalisis dengan kromatografi gas. Berat jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air yang sama pada suhu 4° C atau temperatur lain yang tertentu. Notasi berikut sering ditemukan dalam pembacaan berat jenis: 25° C / 25° C, 25° C / C, dan 4° C / C. Angka yang pertama menunjukkan temperatur udara saat zat ditimbang, angka yang berikutnya menunjukkan temperatur air yang digunakan (Martin dkk., 1983).
            Berat jenis larutan etanol dapat diukur dengan piknometer. Berat jenis larutan etanol semakin kecil, maka kadar etanol di dalam larutan tersebut semakin besar. Hal ini dikarenakan etanol mempunyai berat jenis lebih kecil daripada air sehingga semakin kecil berat jenis larutan berarti jumlah / kadar etanol semakin banyak. Konversi berat jenis menjadi kadar etanol (v/v) disajikan pada tabel I dibawah ini:
Tabel I. Konversi berat jenis – kadar etanol (v/v)
Berat jenis
larutan
etanol

Kadar
etanol
(% v/v)

Berat jenis
larutan
etanol

Kadar
etanol
(% v/v)

Berat jenis
larutan
etanol

Kadar
etanol
(% v/v)

1,000 
0,9999
0,9998
0,9997
0,9996
0,9995
0,9994
0,9993
0,9992
0,9991
0,9990
0,9989
0,9988
0,9987
0,9986
0,9985
0,9984
0,9983
0,9982
0,9981
0,9980
0,9979

0,00
0,07
0,13
0,20
0,26
0,33
0,40
0,46
0,53
0,60
0,66
0,73
0,80
0,87
0,93
1,00
1,07
1,14
1,20
1,27
1,34
1,41


0,9978
0,9977
0,9976
0,9975
0,9974
0,9973
0,9972
0,9971
0,9970
0,9969
0,9968
0,9967
0,9966
0,9965
0,9964
0,9963
0,9962
0,9961
0,9960
0,9959
0,9958
0,9957

1,48
1,54
1,61
1,68
1,75
1,81
1,88
1,95
2,02
2,09
2,15
2,22
2,29
2,37
2,43
2,50
2,57
2,64
2,70
2,77
2,84
2,91

0,9956
0,9955
0,9954
0,9953
0,9952
0,9951
0,9950
0,9949
0,9948
0,9947
0,9946
0,9945
0,9944
0,9943
0,9942
0,9941
0,9940
0,9939
0,9938
0,9937
0,9936
0,9935

2,98
3,05
3,12
3,19
3,26
3,33
3,40
3,47
3,54
3,61
3,68
3,76
3,83
3,90
3,97
4,04
4,11
4,18
4,26
4,33
4,40
4,48



II.1.2   Destilasi
            Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan atau didefinisikan juga teknik pemisahan kimia yang berdasarkan perbedaan titik didih. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini merupakan termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoultdan Hukum Dalton.
            Selain pembagian macam destilasi, dalam referensi lain menyebutkan macam macam destilasi, yaitu :
1.    Destilasi sederhana
2.    Destilasi bertingkat ( fraksional )
3.    Destilasi azeotrop
4.    Destilasi vakum
5.    Refluks / destruksi
6.    Destilasi kering
            Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan destilasi biasa ini untuk memperoleh senyawa murninya. Senyawa – senyawa yang terdapat dalam campuran akan menguap pada saat mencapai titik didih masing – masing.

Gambar  : Alat Destilasi Sederhana

            Gambar di atas merupakan alat destilasi atau yang disebut destilator. Yang terdiri dari thermometer, labu didih, steel head, pemanas, kondensor, dan labu penampung destilat. Thermometer Biasanya digunakan untuk mengukur suhu uap zat cair yang didestilasi selama proses destilasi berlangsung. Seringnya thermometer yang digunakan harus memenuhi syarat:
a. Berskala suhu tinggi yang diatas titik didih zat cair yang akan didestilasi.
b. Ditempatkan pada labu destilasi atau steel head dengan ujung atas reservoir HE sejajar dengan pipa penyalur uap ke kondensor. Labu didih berfungsi sebagai tempat suatu campuran zat cair yang akan didestilasi .      
            Steel head berfungsi sebagai penyalur uap atau gas yang akan masuk ke alat pendingin ( kondensor ) dan biasanya labu destilasi dengan leher yang berfungsi sebagai steel head. Kondensor memiliki 2 celah, yaitu celah masuk dan celah keluar yang berfungsi untuk aliran uap hasil reaksi dan untuk aliran air keran. Pendingin yang digunakan biasanya adalah air yang dialirkan dari dasar pipa, tujuannya adalah agar bagian dari dalam pipa lebih lama mengalami kontak dengan air sehingga pendinginan lebih sempurna dan hasil yang diperoleh lebih sempurna. Penampung destilat bisa berupa erlenmeyer, labu, ataupun tabung reaksi tergantung pemakaiannya. Pemanasnya juga dapat menggunakan penangas, ataupun mantel listrik yang biasanya sudah terpasang pada destilator.
            Pemisahan senyawa dengan destilasi bergantung pada perbedaan tekanan uap senyawa dalam campuran. Tekanan uap campuran diukur sebagai kecenderungan molekul dalam permukaan cairan untuk berubah menjadi uap. Jika suhu dinaikkan, tekanan uap cairan akan naik sampai tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap atmosfer. Pada keadaan itu cairan akan mendidih. Suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap atmosfer disebut titik didih. Cairan yang mempunyai tekanan uap yang lebih tinggi pada suhu kamar akan mempnyai titik didih lebih rendah daripada cairan yang tekanan uapnya rendah pada suhu kamar.
            Jika campuran berair didihkan, komposisi uap  di atas cairan tidak sama dengan komposisi pada cairan. Uap akan kaya dengan senyawa yang lebih volatile atau komponen dengan titik didih lebih rendah. Jika uap di atas cairan terkumpul dan dinginkan, uap akan terembunkan dan komposisinya sama dengan komposisi senyawa yang terdapat pada uap yaitu dengan senyawa yang mempunyai titik didih lebih rendah. Jika suhu relative tetap, maka destilat yang terkumpul akan mengandung senyawa murni dari salah satu komponen dalam campuran.
(Atmojo Susilo , 2011)
II.2.   Sifat Bahan
          Secara fisik :
1.      Semua alkohol berwujud cair pada suhu biasa atau kamar, serta bercampur baik dengan air. Jika alkohol dilarutkan dalam air, gugus –OH tidak terionisasi.
2.      Antara molekul – molekul alkohol terdapat ikatan hidrogen, sehingga alkohol memiliki titik didih yang tinggi (mendekati titik didih air).
3.      Alkohol merupakan khamar, yaitu zat – zat yang dapat memabukkan jika diminum. Bahkan ada alkohol yang bersifat racun, misalnya metanol.
4.      Alkohol dapat bereaksi dengan logam natrium, menghasilkan senyawa Na-alkanoat (Na-alkoksida). Pada reaksi ini, atom H pada gugus – OH disubstitusi oleh atom Na.
2C2H5OH + 2Na → 2C2H5ONa + H2
    Etanol                    Na-etanoat
                                 (Na-etoksida)
5.      Alkohol dapat bereaksi dengan fosfor trihalida (PX3), menghasilkan senyawa alkilhalida, pada reaksi ini, gugus – OH akan disubstitusi oleh atom halogen.
3CH3OH + PCl3 → 3CH3Cl + H3PO3
  Metanol                    Metil klorida

          Secara kimia
·      Pembuatan metanol dan etanol
                        Metanol dalam industri dibuat dari reaksi gas – gas CO dan H2 pada tekanan 200 atm dan suhu 400oC. Dengan bantuan katalis Cr2O3 dan ZnO.
              CO + 2H2 → CH3OH
                                   Metanol
              Metanol digunakan sebagai pelarut dalam pembuatan pernis dan lak, serta sebagai pembersih karat pada logam – logam. Titik beku yang rendah menyebabkan metanol dipakai sebagai cairan anti beku pada otomobil. Metanol sering ditambahkan pada etanol dengan anjuran tidak boleh diminum, karena metanol sangat beracun dan merusak saraf optik sehingga dapat membutakan mata. Campuran metanol dan etanol dikenal dengan nama spiritus. Spiritus dibubuhi warna biru.
              Etanol dibuat dari reaksi fermentasi (peragian) karbohidrat seperti beras, kentang, terigu (gandum), tapioka (singkong), atau maizena (jagung). Ragi mengandung enzim – enzim diastose, maltase, dan zimase yang mampu menguraikan amilum (tepung,pati).
                                            diastase
2(C6H10O5)n + n H2O         →             n C12H22C11
     Amilum                                                    maltosa
                                        maltase
C12H22O11 + H2O          →          2C6H12O6
     Maltosa                                          glukosa
                    zimase
C6H12O6         →       2C2H5OH + 2CO2
   Glukosa                   etanol

            Etanol (78oC) dipisahkan dari campuran dengan cara destilasi. Etanol ini biasanya masih mengandung air. Dengan menambahkan kapur tohor, CaO, untuk mengikat air, kita dapat memperoleh alkohol pekat (96%) atau alkohol absolut (100% etanol).
            Selain digunakan dalam pembuatan minuman keras seperti bir, atau wiski, etanol digunakan dalam pembuatan berbagai barang industri, zat –zat warna, seluloid, rayon dan sebagainya. Etanol juga digunakan sebagai pelarut. Larutan suatu zat dalam etanol disebut tingtur (tincture), misalnya tingtur iodium yang sering dipakai sebagai obat antiseptik pada luka – luka.
·                     Pembuatan alkohol polihidroksi
                                 Alkohol polihidroksi (disebut juga alkohol polivalen) adalah senyawa – senyawa yang mengandung gugus – OH lebih dari sebuah.
CH2   ―    CH                              CH2   ―     OH
  │                │                                    │
OH              OH                                 CH    ―     OH
Etanadiol                                            │
(etilen glikol)                                     CH2  ―     OH
                                                           Oropanatriol (gliserol,gliserin)

              Dalam industri, etanadiol (etilen glikol) dibuat dengan mengoksidasi etena dengan O2 dan dilanjutkan dengan hidrolisa. Reaksi dilakukan pada suhu 250oC dengan bantuan logam perak sebagai katalis.
CH2 = CH2 + ½ O2  →   CH2  ―  CH2
Etena                                           O
                                             Etilen oksida
CH2    ―     CH2   +  H2O  →  CH2  ―  CH2
            O                                     │              │
                                                    OH          OH
                                                  Etilen glikol
          Etilen glikol adalah bahan baku pembuat serat – serat sintatik poliester, misalnya tetoran. Etilen glikol sering digunakan sebagai penurun titik beku air pada negara – negara bermusim dingin (winter).
          Gliserol dihasilkan pada reaksi pembuatan sabun. Gliserol banyak digunakan sebagai pelarut obat – obatan dan kosmetik, seperti obat batuk, body lotion, dan sebagainya. Gliserol juga merupakan bahan baku pembuat bahan peledak dinamit yang mengandung gliseril trinitrat ( nitrogliserin).
 CH2  ―  OH                                          CH2  ―  O  ―  NO2
  │                                                              │
CH    ―  OH  + 3HNO3  →                   CH  ―  O  ―  NO2 + 3H2O
  │                                                              │
CH2  ―  OH                                           CH2  ―  O  ―NO2
Gliserol                                                     nitrogliserin

              Jika dinamit meledak, akan dihasilkan gas – gas yang menimbulkan energi cukup dahsyat:
CH2    ―    O   ―   NO2
CH2   ―    O    ―  NO2  →  3CO2 + 3N + O2 + 2H2O
CH2  ―    O    ―  NO2

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

III.1.    Bahan-bahan yang diperlukan:
  1. Zat yang mengandung alkohol

III.2.    Alat-alat yang digunakan:
1.      Rangkaian Alat destilasi
2.      Piknometer
3.      Labu ukur
4.      Gelas ukur
5.      Neraca analitik
6.      Beaker glass
7.      Pipet
8.      Erlenmeyer

III.3. Gambar Alat
                       
III.4. Cara kerja
1.      Ambil 100 cc zat yang akan diukur kadar alkoholnya
2.      Masukkan dalam labu destilasi dan didestilasi
3.      Atur suhu destilasi (tidak boleh lebih dari suhu alkohol)
4.      Destilasi dihentikan ketika filtrat yang diperoleh telah mencapai 25 cc
5.      Atau destilasi hentikan bila ada kenaikan suhu
6.      Tentukan berat jenisnya
Dengan menggunakan tabel, cari kadar alkoholnya

DAFTAR PUSTAKA

Atmojo. Susilo, 2011. http://chemistry35.blogspot.com/2011/08/pengertian-destilasi.html , 07 April 2013 , 07.20 WIB
Fessenden. John.1982. Kimia Organik Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

Fessenden. Ralp , 1986 , “Kimia Organik Edisi Ketiga”, Erlangga, Jakarta.

Read more ...
Designed By Blogger Templates